Latar Belakang
Tak asing dengan kata Maliboro. Kawasan wisata yang sudah ada sejak
puluhan tahun yang lalu ini selalu ramai dengan pengunjung. Baik wisatawan
domestik maupun mancanegara dapat kita temui di sepanjang jalan Malioboro. Yang
ditawarkan Malioboropun beragam. Dari pusat perbelanjaan yang murah meriah,
hingga yang harganya selangitpun ada. Dari jajanan pasar sampai oleh-oleh juga
ada. Dari angkringan sampai restoran mewah juga ada. Fasilitas jalan-jalan dari
Becak sampai Taksi juga tersedia.
Isu Terkait
Kawasan Malioboro yang tak hanya diperuntukkan untuk
pejalan kaki ini menyimpan begitu banyak pelanggaran. Wilayah satu arah yang tak
hanya terdiri dari pejalan kaki, pengguna kendaraan bermotor yang lalu lalang
juga tak lepas dari pelanggaran. Ntah mereka sengaja atau tidak, namun banyak
sekali yang melanggar rambu-rambu lalu lintas yang dipasang disepanjang jalan
Malioboro. Rambu-rambu yang terpasang di sepanjang jalan Malioboro itu
jelas-jelas masih sangat bagus dan perawatannya juga lumayan. Sebagai contoh,
untuk hari ini saja lebih dari 10 pelanggaran yang saya temui disepanjang jalan
Malioboro. Pelanggaran tersebut masih tertangkap oleh mata saya, bagaimana jika
saya tidak tahu ada pelanggaran lain di tempat-tempat lain sekitar Malioboro?
Ntah apa yang dipikiran para pengunjung dan masyarakat
sekitar situ. Apa mereka tidak melihat keadaan sekitar dulu. Apa mereka tidak
menyadari bahwa ada rambu-rambu lalu lintas yang bermanfaat untuk
memperingatkan mereka secara tidak langsung. Memang, hari ini tidak terjadi
kecelakaan atau peristiwa yang menimbulkan korban, namun alangkah baiknya jika
mereka mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada disekitar mereka. Sangat sulit
untuk menyadarkan masyarakat. Polisi seharusnya juga menertibkan mereka. Namun,
yang saya temui dilapangan malah seorang polisi yang menilang salah satu
pengguna speda motor. Ntah dia melanggar lalu lintas atau kelangkapan motornya
tidak lengkap, saya tidak tau. Yang tertangkap oleh mata saya, polisi tersebut
terlihat menepikan seorang pengendara motor dan tidak tahu apa yang mereka
bicarakan, lalu polisi itu berlalu. Sebagai contoh lain, sampai hari ini masih
banyak orang-orang yang berjualan di kawasan 0 KM. Padahal jelas-jelas didekat
mereka terdapat tulisan yang melarang penjual untuk berjualan di kawasan 0 KM.
Ada lagi, pengguna kendaraan bermotor juga tak ketinggalan. Jelas-jelas tertera
rambu diralang untuk parkir, namun tetap saja ada yang memarkirkan kendaraan
mereka disekitar situ. Apa lagi kendaraan tersebut adalah milik salah satu
restaurant cepat saji yang terdapat di kawasan Malioboro. Pernah sekali saya
melihat Satpol PP menertibkan penjual yang berada disekitar 0 KM, namun itu pun
juga tidak berlangsung lama, esoknya saya melihat penjual masih tetap menggelar
lapaknya disekitar kawasan 0 KM. Mungkin karena kebiasaan atau mungkin Pemkot
yang menyediakan lahan berjualan terasa kurang dimata penjual. Apa anggapan
mereka untuk berjualan di sekitar Malioboro bisa meningkatkan pendapatan
mereka?
Yang menjadi pertanyaan saya, apa mereka tidak bisa
membaca atau menerjemahkan maksud dari rambu tersebut? Jika memang iya, lantas
kenapa mereka kok menghitung uang saja bisa?
This is it "Malioboro"
Masih aja ada yang nekat
Tuh kan, ketilang!
Zebra Cross, buat apa?
Kalo ini nggak tau deh!
Ini sepertinya sudah jelas
0 comments:
Post a Comment